Hajar Aswad, Ka'bah
Batu Hitam, atau "Al-Hajarul Aswad", adalah batu yang dihormati dikalangan umat Islam, dan menurut beberapa kalangan batu tersebut jatuh dari langit (meteorit). Batu Hitam ini ditemukan oleh Ismail as. dari daerah sekitar Mekkah saat merenovasi atau membangun kembali Ka'bah bersama ayahnya, Ibrahim as. Batu ini juga telah diposisikan di sudut timur Ka'bah di tengah Masjidil Haram Mekkah oleh nabi Muhammad SAW. sendiri.
Selain meteorit, kemungkinan lain adalah, Batu Hitam ini adalah produk dari dampak meteor/asteroid (bukan asteroid/meteor itu sendiri). Potongan-potongan kaca hitam hasil dari dampak meteor telah ditemukan di dekat kota kuno yang hilang (baru-baru ini ditemukan kembali) Ubar di Rub al-Khali Saudia Arabia, atau Empty Quarter - Peristiwa jatuhnya meteor itu yang diperkirakan terjadi sekitar 6.000 tahun lalu, mungkin bahkan adalah penyebab langsung atau tidak langsung, kehancuran Ubar. Satu ciri dari kaca yang merupakan hasil dari dampak meteor adalah: kadang-kadang mengapung karena adanya gelembung-gelembung gas yang terperangkap di dalamnya. Ada legenda yang mengatakan bahwa setelah batu hitam itu dicuri dan kemudian dikembalikan ke Mekkah, batu hitam itu diuji dengan cara merendamnya ke dalam air. Batu itu melayang yang membuktikan keasliannya.
Hari ini, Batu Hitam tertutup dalam bingkai perak besar dan telah menjadi halus karena sentuhan dan ciuman dari jamaah yang tak terhitung jumlahnya selama 14 abad terakhir. Hajar Aswad mempunyai peranan yang penting dan menentukan dalam pelaksanaan haji dan umrah. Fungsi Hajar Aswad akan terlihat terutama dalam pelaksanaan thawaf yang merupakan salah satu rukun haji. Hajar Aswad bukan untuk disembah.
Thunderstone dari Ensisheim
Pada tanggal 7 November 1492, seorang anak muda dari kota Alsatian dari Ensisheim menyaksikan sebuah bola api cemerlang melintasi langit dan jatuh ke ladang gandum. Penduduk setempat pun segera berdatangan dan mulai memotong-motong meteorit tersebut. Untungnya sisa meteorit dapat diselamatkan dari para pemburu suvenir lokal oleh pejabat setempat.
Saat itu, meteorit hanya tersisa 55 kg dari 127kg berat asli nya saat ditemukan pertama kali. Kaisar yang baru dinobatkan, Maximilian I dari Kekaisaran Romawi Suci bergegas untuk melihat apa yang disebut "Thunderstone dari Ensisheim" ini, dimana ia kemudian percaya bahwa penampakan meteor itu menjadi pertanda baik untuk perang Kekaisaran melawan Perancis dan Turki. Anehnya sebelum berperang, dia memerintahkan bahwa batu itu harus disimpan di dalam gereja lokal - dipakukan ke dinding dengan rantai besi untuk mencegahnya berkeliaran di malam hari, atau pergi dengan cara yang sama dahsyatnya dengan saat meteor itu tiba ....
Sisa meteorit itu akhirnya ditempatkan dalam sebuah kotak kaca yang kemudian disimpan di Istana Ensisheim, yang dibangun pada tahun 1535 oleh cucu Maximilian I, Kaisar Ferdinand dari Austria, karena memang setelah penampakan meteor itu, sejarah mencatat bahwa Maximilian I sukses melakukan ekspansi wilayah yang kemudian dikendalikan oleh keturunannya ... Wangsa Habsburg.
Liontin Raja Tutankamun dari Kaca Gurun Libya
Para Arkeolog yang menyelidiki harta yang mereka temukan di makam Raja Tutankhamun dibuat bingung oleh perisai dada dimana terdapat batu yang diukir berbentuk kumbang. Para peneliti tahu batu itu terbuat dari kaca tapi tidak ada kaca kuno Mesir yang dikenal cocok dengan kaca tersebut dalam hal kemurniannya. Akhirnya pada tahun 1998, seorang ahli mineralogi Italia membuktikan bahwa ukiran kumbang pada perisai dada Tutankhamun itu terbuat dari Kaca Gurun Libya.
Wilayah di mana kaca Gurun Libya dapat ditemukan sebenarnya terletak di Gurun Barat Mesir. Adapun kaca itu sendiri, diperkirakan terbentuk saat sebuah asteroid menghantam daerah itu sekitar 28 juta tahun lalu. Saat asteroid besar menabrak atmosfer bumi menyebabkan ledakan.
Bola api dari dampak cukup panas untuk melelehkan butir kuarsa di gurun pasir. Ajaibnya adalah orang Mesir kuno, dengan semua pengetahuan teknis dan ilmiah maju, entah bagaimana dapat menyimpulkan asal kaca Gurun Libya dan karenanya mereka merasa tepat untuk dijadikan perhiasan raja mereka yang paling berharga. Selengkapnya baca disini
Batu Emesa
Kaisar Romawi Elagabalus, yang memerintah dari 218-222 M, sebelumnya adalah seorang imam di kuil Elagabal di kota Suriah Emesa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dijaman itu batu-batu (khususnya meteorit) harus dihormati sebagai dewa dan Batu kerucut dari Emesa adalah contoh yang sempurna. Batu mengumpulkan ketenaran di seluruh Kekaisaran Romawi berkat Elagabalus, yang membawanya dari Emesa ke Roma setelah instalasi sebagai Kaisar.
Elagabalus menempatkan batu suci itu kedalam kerereta yang ditarik oleh kuda-kuda putih pilihan dan Kaisar sendiri memimpin prosesi dengan berjalan mundur di depan gerobak. Prosesi yang diabadikan melalui gambar Batu Emesa dan kereta kuda yang dicap ke dua sisi koin Romawi. Setelah memerintah dengan kejam dan amoral selama 4 tahun, Elagabalus digulingkan, dieksekusi dan dibuang ke dalam sungai Tiber. Batu kemudian dikembalikan ke Emesa (sekarang bernama Homs), dan sempat menghias koin kota untuk beberapa saat lagi sebelum menghilang ke dalam kabut sejarah.
Meteorit Winona
Dampak spektakuler dari meteorit besi besar yang membuat kawah di Arizona utara juga menyebarkan fragmen meteorit secara luas di barat daya yang gersang. Banyak dari fragmen-fragmen meteorit Canyon Diablo tersebut ditemukan di tanah oleh penduduk asli Amerika puluhan ribu tahun kemudian. Mereka terbukti berguna - dan satu-satunya - sumber besi yang digunakan dalam alat-alat dan senjata. Mereka juga sering berharga dan dihormati sebagai pengunjung dari dunia lain (cukup benar) dengan kekuatan perdukunan yang kuat.
Salah satu fragmen tersebut adalah meteorit Winona, ditemukan pada tahun 1928 oleh arkeolog yang sedang menggali bekas pemukiman suku Sinagua berasal dari sekitar tahun 1070 sampai 1275. Apa yang membuat meteeorit Winona ini istimewa adalah, meteorit ini ditemukan dibungkus rapi dan tertutup dalam makam batu yang sepertinya memang dibuat untuk meteorit tersebut. Meteorit Winona seakan diperlakukan sebagai anak tercinta yang telah meninggal sebelum waktunya nya. Anehnya, meteorit yang bisa selamat dari ledakan dahsyat saat jatuh ke bumi tersebut, hancur menjadi potongan-potongan kecil saat dikeluarkan dari makamnya.
Meteorit Pembunuh Sapi Venezuela
Last but not least, meteorit Valera mungkin satu-satunya batu ruang angkasa dalam artikel ini yang menjadi pembunuh! Mari kita kembali ke malam tanggal 15 Oktober, 1972. Penduduk di kota Trujillo Venezuela, melaporkan melihat cahaya terang di langit disertai dengan suara keras, diibaratkan seperti ledakan sonik. Keesokan harinya di pertanian El Tinajero, Dr. Arginiro Gonzales dan Juan Dionicio Delgado menemukan mayat sapi yang telah terbelah hampir menjadi dua oleh apa yang kemudian dikenal sebagai meteorit Valera.
Meskipun beratnya hanya 757 gram, kecepatan tinggi dari meteorit itu lebih dari cukup untuk mengirim sapi malang itu menemui penciptanya. Adapun meteorit tersebut, potongan-potongannya kini menjadi barang dagangan yang populer oleh sejumlah vendor meteorit yang menamainya dengan nama-nama aneh seperti "Jagal dari Venezuela" dan "Penghantam Sapi", dan lain-lain
Baca Juga:
Sumber: webecoist.momtastic.com
Tiada ulasan:
Catat Ulasan